Autisme merupakan gangguan perkembangan saraf. Biasanya, penyandang autisme kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain dan menangkap informasi. Autisme bukan sebuah penyakit, melainkan suatu kelainan dimana otak bekerja berbeda dengan orang pada umumnya.
Anak autisme kesulitan mengekspresikan perasaannya dan memiliki kendala saat belajar. Namun, penyandang autisme memiliki keunikan dalam proses belajarnya. Anak dengan kesulitan berkomunikasi bisa jadi lebih ahli dalam hal lain seperti musik, seni, matematika ataupun ingatan memori yang lebih bagus.
Faktor Penyebab Autisme
Autisme tidak memiliki penyebab yang pasti. Belum ada penelitian yang cukup membuktikan bahwa autisme disebabkan oleh sesuatu. Namun beberapa orang percaya bahwa autisme disebabkan oleh paparan virus, gangguan saraf, lingkungan yang terkontaminasi zat berbahaya yang ditularkan ibu kepada anaknya. Namun sekali lagi, tidak ada penelitian yang berhasil membuktikan penyebab autisme.
Gejala Awal Autisme
Sebagai orangtua sebaiknya mendeteksi gejala awal autisme agar dapat memikirkan langkah perawatan yang tepat sedari dini. Gejala awal yang muncul adalah sampai usia 30 bulan anak tidak menunjukkan kemampuan berbicara. Anak juga kesulitan bermain bersama teman seumurannya. Ada beberapa gerakan yang dia ulangi seperti kepala atau bagian tubuh lain yang digoyang berulang.
Gejala lainnya seperti anak tidak bereaksi saat dipanggil, benci dipeluk dan jarang melakukan kontak mata saat diajak bicara dengan orang lain. Gejala ini semakin berkembang seiring pertambahan usia anak.
Fakta dan Mitos Tentang Autisme
Banyak yang mengatakan penyebab autisme adalah karena ibu hamil dalam kondisi stress. Namun ini hanya mitos, banyak ibu hamil yang stress saat mengandung tapi tidak selalu melahirkan anak yang autisme.
Faktanya bahwa autisme tidak dapat disembuhkan secara total namun ada upaya agar penyandang autisme dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan hidup seperti orang normal lainnya. Dengan melakukan setiap kegiatan yang melibatkan interaksi. Autisme dapat dikatakan “sembuh” apabila telah dapat hidup mandiri, memiliki respon dan kemampuan komunikasi, serta memiliki kemampuan akademik sesuai dengan tahapan usianya.
Pentingnya Memilih Makanan Untuk Mendukung Terapi Autisme
Gizi yang dikonsumsi oleh penyandang autisme harus selalu diperhatikan. Beberapa makanan dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan beberapa pula dapat mengganggu pencernaan. Proses “penyembuhan” anak autisme menggunakan metode Applied Behavioral Analysis (ABA) ditambah dengan makanan dengan gizi seimbang.
Metode ABA dapat dipraktekkan sendiri oleh orang tua di rumah atau dengan pendampingan dari psikiater. Inti dari metode ini adalah dengan memberikan arahan untuk dapat berkomunikasi dan lebih memahami bagaimana cara berekspresi. Anak autisme tidak memperhatikan apa yang dilakukan orang lain namun bagaimana cara interaksi orang lain dengan dirinya.
Autisme membutuhkan asupan karbohidrat yang baik dan bebas gluten. Gluten ini tidak bisa dicerna secara baik oleh penyandang autisme. Maka dari itu kebutuhan karbohidrat dapat ditemukan dengan memberi asupan beras organik.
Tidak ada perbedaan yang mutlak antara anak autisme dengan anak normal lain dari segi makanan. Mereka tetap membutuhkan nutrisi sehat dengan kandungan tanpa pewarna dan zat kimia. Namun disarankan anak autisme mengonsumsi banyak buah dan sayur agar pencernaan dan perkembangan otaknya dapat terus membaik. Dengan begitu mereka dapat “sembuh” cepat atau lambat saat mendapat terapi ABA.
Itulah berbagai fakta menarik tentang autisme yang sering kita salah artikan sebagai sebuah penyakit dan patut dihindari. Padahal mereka hanya berbeda dari segi perkembangan otaknya. Autisme dapat diterapi menggunakan metode ABA dan mengonsumsi nutrisi yang baik untuk dapat dikatakan “sembuh”.
Untuk mendapatkan makanan dengan kebutuhan gizi yang tercukupi, orang tua dari anak Autisme dapat membeli bahan makanannya lewat geraiagrospora.com yang telah menyediakan berbagai jenis bahan makanan seperti beras organik, aneka buah dan sayur.